berdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun. Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia. Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak di ujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan Kota Bima (pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi 117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan.
Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. Sekitar 14% dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari separuh merupakan lahan kering. Oleh karena keterbatasan lahan pertanian seperti itu dan dikaitkan pertumbuhan penduduk kedepan, akan menyebabkan daya dukung lahan semakin sempit. Konsekuensinya diperlukan transformasi dan reorientasi basis ekonomi dari pertanian tradisional ke pertanian wirausaha dan sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat dari ketinggian dari permukaàn laut, Kecamatan Donggo merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah adalah Kecamatan Sape dan Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari permukaan laut.
Di Kabupaten Bima terdapat lima buah gunung, yakni:
- Gunung Tambora di Kecamatan Tambora
- Gunung Sangiang di Kecamatan Wera
- Gunung Maria di Kecarnatan Wawo
- Gunung Lambitu di Kecamatan Lambitu
- Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo, merupakan gunung tertinggi di wilayah ini dengan ketinggian 4.775 m.
SARIMPU BUDAYA ISLAMI SAMPELA MBOJO
Tahun 80-an saat saya duduk dibangku SD dan SMP Budaya Sarimpu dikampung saya Soro-Malaju-Sape sangat digemari oleh Kaum Perempuan terutama yang masih belum menikah (Sampela,Pernah terjadi satu peristiwa lucu dan cukup menggelikan, yaitu sekitar tahun 1988 dekat rumah saya ada hajatan Resepsi Pernikahan, saat itu saya ikut nonton karena ada Orkes Melayu Band Aries Pimpinannya Guru SMP saya Bapak Rohim, singkat cerita disamping saya seorang laki-laki yang saya kenal M. Sidik (almarhum) menggoda seorang perempuan yang juga berada berdiri disamping saya dengan "SARIMPU MPIDA" yang kelihatan hanya matanya. Dari obrolan mereka terdengar M. Sidik menawarkan diri kepada perempuan yang hanya kelihatan matanya saja tadi mengantarkan pulang kalau sudah bubar resepsi pernikahan nanti. Sampai sekitar pukul 23.00 acara hampir selesai merekapun pulang bareng dengan teman perempuan tadi 2 (dua) orang yang juga pakai Sarimpu.
Ternyata sampela yang sarimpu mpida tadi adalah Istrinya sendiri ................. he he he wk wk wk .....
pagi menjelangpun masih juga terdengar keributan karena kelakuan M Sidik tadi sangat tidak disenangi oleh istrinya .........!
Saat ini SARIMPU hanya bisa kita lihat
kalau kita ke pasar - pasar tradisional dengan nenek - nenek yang
berusia lanjut masih mempertahan budaya islami tersebut
Rasanya pengen bangat melihat kembalinya
tradisi ini dikalangan remaja Bima/Mbojo saat ini yang mungkin bisa
dibikin model yang lebih modern mengikuti perkembangan zaman dan
fashion, seperti yang terlihat pada foto dibawah ini lumayan elegan dan
modern.......semoga
http://zuraidbima.blogspot.com/2011/09/sarimpu-budaya-islami-sampela-mbojo.html
Makanan dan Ciri Khas Daerah Bima_NTB
1. Tumi Sepi (Tumis Udang Rebon)
Sepi adalah makanan khas Bima yang terbuat dari udang rebon (anak udang yang sangat kecil yang di Bima disebut Sepi Bou). Udang rebon difermentasi dengan garam saja sehingga mengeluarkan aroma khas.
SEPI bisa juga dikonsumsi langung tanpa dimasak terlebih dahulu. Tambahkan cabe rawit (potong-potong) dan air jeruk purut, lebih sedap bila kulit jeruk purut diiris-iris dicampurkan dengan SEPI (sebelumnya jeruk purut dimemarkan dulu untuk membuang rasa getir). Atau juga bisa dicampurkan dengan mbohi dungga (sambal parado)
http://bimakab.go.id/pages-makanan-khas-bima.html
1. Tumi Sepi (Tumis Udang Rebon)
Sepi adalah makanan khas Bima yang terbuat dari udang rebon (anak udang yang sangat kecil yang di Bima disebut Sepi Bou). Udang rebon difermentasi dengan garam saja sehingga mengeluarkan aroma khas.
SEPI bisa juga dikonsumsi langung tanpa dimasak terlebih dahulu. Tambahkan cabe rawit (potong-potong) dan air jeruk purut, lebih sedap bila kulit jeruk purut diiris-iris dicampurkan dengan SEPI (sebelumnya jeruk purut dimemarkan dulu untuk membuang rasa getir). Atau juga bisa dicampurkan dengan mbohi dungga (sambal parado)
http://bimakab.go.id/pages-makanan-khas-bima.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar